BAB V
AKUNTANSI BIAYA
NAMA | NPM |
Aan Setiawan | 25209895 |
Bayu Susanto | 23209060 |
Devin Pratama | 23209413 |
Muchammad Ikhsan Issrofudin | 26209310 |
Ramadhani | 20209803 |
Riskia Yusuf | 26209203 |
UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI
DEPOK
2010
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayahnya. Dan shalawat serta salam kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW beserta para sahabatnya. Yang telah membawa kita menuju jalan yang benar dan di ridhai Allah SWT . karena dengan rahmatNya-lah kita dapat menyelesaikan tugas makalah ini
Makalah ini disusun dengan cara mengambil intisari dan sedikit materi dari beberapa referensi akuntansi biaya dan beberapa tambahan yang dianggap perlu serta disesuaikan dengan Prinsip Akuntansi Indonesia
Banyak pihak yang telah mendukung tersusunnya makalah ini, ungkapan terima kasih kami ucapkan kepada pihak-pihak yang memberikan bantuan tambahan, dorongan maupun saran-saran sejak tugas makalah ini diberikan.
Demikianlah makalah sederhana ini dipersembahkan dengan harapan dapat membantu dalam mempelajari materi Akuntansi Biaya. Semoga memperkaya wawasan dan cakrawala keilmuan pembaca dan penyusun.
Depok, 25 Oktober 2010
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Proses produksi di perusahaan industri memerlukan penanganan yang spesifik karena tergantung dari berbagai pesanan yang diterima, yang bervariasi antara pesanan yang satu dengan pesanan yang lain. Pesanan yang satu harus dipisahkan identitasnya dari pesanan yang lain, sehingga manajemen membutuhkan informasi harga pokok tiap-tiap pesanan secara individual.Karena adanya karakteristik yang cukup unik ini , maka timbullah suatu permasalahan yang seringkali dihadapi oleh perusahaan pembuatan kemasan plastik, yaitu masalah dalam penetapan harga jual produk. Dalam perusahaan yang melakukan produksi berdasarkan pesanan, harga jual ditetapkan sebelum proses produksi dimulai atau harga jual ditentukan dimuka. Harga jual ditetapkan dimuka ini memegang peranan penting dalam terjadinya transaksi penjualan di perusahaan, karena suatu pesanan dinyatakan diterima atau ditolak setelah adanya kesepakatan, barulah kemudian pesanan tersebut dikerjakan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa diperlukan suatu penanganan yang serius dalam proses penetapan harga jual dimuka pada perusahaan ini.
Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, seringkali menghadapi masalah dalam menjalankan usahanya, diantaranya masalah penetapan harga jual. Harga jual tersebut harus ditentukan dimuka sebelum proses produksi itu sendiri dimulai. Untuk memecahkan masalah tersebut,perusahaan memerlukan perhitungan harga pokok produksi dengan sistem biaya yang ditentukan dimuka.Dalam rangka memperoleh perhitungan harga pokok produksi yang tepat dan benar untuk setiap produk pesanan,maka perusahaan membutuhkan suatu metode akuntansi biaya produksi berdasarkan (job order costing method) .Dengan harapan melalaui metode ini manajemen akan dapat memperoleh informasi harga pokok pesanan yang akurat, yang bermanfaat dalam menentukan harga jual yang efektif yang akan dibebankan kepada pemesan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. BOP (BIAYA OVERHEAD PABRIK)
Biaya overhead pabrik adalah semua biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu (1) biaya overhead pabrik variabel, (2) biaya overhead pabrik tetap, dan (3) biaya overhead pabrik campuran. Biaya overhead pabrik variabel adalah biaya overhead pabrik yang jumlah totalnya akan berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya overhead pabrik variabel adalah biaya bahan penolong. Biaya overhead pabrik tetap adalah biaya overhead pabrik yang jumlah totalnya (dalam kisaran tertentu) tidak berubah walaupun terjadi perubahan volume kegiatan. Contoh biaya overhead pabrik tetap adalah pajak bumi dan bangunan, biaya penyusutan aktiva tetap, dan biaya sewa gedung pabrik. Biaya overhead pabrik campuran dapat dibedakan menjadi biaya overhead pabrik semivariabel, misalnya biaya listrik pabrik dan biaya telepon pabrik, dan biaya overhead pabrik bertahap, misalnya gaji supervisor dan gaji inspektur.
1. BOP sesungguhnya
Bila suatu BOP terjadi maka harus dilakukan pencatatan. Sebagaimana pada biaya Bahan Baku dan biaya Tenaga Kerja, jurnal-jurnal dibuat dan diposting ke rekening buku besar dan rekening buku pembantu.
Jurnalnya
BOP (sesungguhnya) xxx
Persediaan Bahan Baku xxx
Persediaan supplies xxx
Biaya Penyusutan aktiva xxx
Macam macam biaya xxx
2. BOP dibebankan
Setelah BOP sesungguhnya di catat di buku besar pembantu dan di rekening buku besar maka harus dibuat pencatatan untuk mencatat BOP yang dibebankan ke produk.
Jurnalnya
Biaya Dalam Proses xxx
BOP (dibebankan) xxx
Pembebanan BOP kepada produk atas dasar tarif Tarif BOP yang telah ditentukan digunakan untuk membebankan BOP kepada produksi yang diproduksi.
Ada 2 metode penentuan harga pokok produksi yaitu:
1. Full costing method
Adalah metode penentuan HPP yang memperhitungkan semua biaya produksi sebagai HPP.
2. Variable Costing / Direct costing
Adalah metode penentuan HPP yang memperhitungkan BOP biaya produksi variable saja kedalam HPP. (Harga Pokok Produksi).
Jika perusahaan menggunakan metode full costing di dalam penentuan HPPnya, produk akan di bebani BOP dengan meggunakan tarif BOP variable dan tarif BOP tetap. Jika perusahaan mengguanakn metode variable maka didalam penentuan HPP nya, produk akan dibebani BOP dengan menggunakan tarif BOP variable saja.
Penggolongan BOP menurut sifatnya Dalam perusahaan yang prodinya berdasarkan pesanan, BOP adalah : Biaya produk selain BBB & BTKL. Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok BOP adalah :
1. Biaya bahan penolong
2. Biaya reparasi & pemeliharaan
3. Biaya tenaga kerja tidak langsung
4. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap
5. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu
6. Biaya operasi pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai.
1. Biaya bahan penolong
Adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian produksi atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan HPP tersebut. Dalam perusahaan percetakan misalnya yang termasuk bahan penolong adalah : bahan perekat, tinta koreksi & pita mesin tik.
2. Biaya reparasi dan pemeliharaan
Berupa biaya suku cadang dan biaya habis pakai.
3. Biaya tenaga kerja tidak langsung
adalah tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara kangsung kepada produk / pesanan .
- Karyawan yang bekerja dalam / pada departemen pembantu
Seperti departemen pembangkit tenaga listrik, uap, bengkel dan departemen gudang.
- Karyawan tertentu yang bekerja dalam departemen produksi
Seperti kepala departemen produksi, karyawan administrasi pabrik dan mandor.
4. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap
Biaya-biaya yang timbul dalam kelompok ini adalah biaya-biaya depresiasi bangunan pabrik, depresiasi mesin dan peralatan dan aktiva tetap lain yang digunakan di pabrik.
5. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu.
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok diatas adalah : biaya asuransi gedung, mesin dan peralatan, kendaraan, kecelakaan karyawan.
6. BOP lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai.
Biaya yang termasuk kelompok ini adalah : Biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik PLN dan sebagainya.
Cara penghitungan sederhana BOP
Bahan penolong | Rp xxx |
Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung | Rp xxx |
Biaya Listrik Pabrik | Rp xxx |
Biaya Asuransi | Rp xxx |
Biaya Depresiasi Pabrik | Rp xxx |
Biaya Pabrik Lain-lain | Rp xxx + |
Biaya Overhead Pabrik | Rp xxx |
Contoh kasus BOP
PT Senang Selamanya menggunakan tarif BOP ditentukan dimuka. Adapun anggaran perusahaan untuk agustus 2010 dengan kapasitas normal 15000 jam mesin disajikan sebagai berikut :
JENIS BIAYA | TOTAL |
VARIABEL | FIXED |
Biaya Bahan Baku | Rp. 2.800.000 |
|
Biaya Tenaga Kerja | Rp. 1800.000 |
Biaya Bahan Penolong | Rp. 500.000 |
|
Biaya Depresiasi Mesin Jahit |
| Rp. 350.000 |
Biaya listrik mesin jahit | Rp. 680.000 |
|
Biaya Reparasi & pemeliharaan mesin jahit | Rp. 440.000 |
|
Biaya Reparasi & pemeliharaan mesin jahit |
| Rp. 300.000 |
Biaya asuransi mesin jahit |
| Rp. 400.000 |
Biaya promosi dan iklan | Rp. 520.000 |
|
Biaya tenaga kerja tidak langsung | Rp. 640.000 |
|
Biaya tenaga kerja tidak langsung |
| Rp. 700.000 |
Biaya kesejahteraan karyawan pabrik |
| Rp. 500.000 |
|
|
|
|
|
Pada akhir tahun BOP sesunggguhnya terjadi pada kapasitas sesungguhnya 15.500 jam mesin yang dapat disajikan sebagai berikut :
JENIS BIAYA | TOTAL |
VARIABEL | FIXED |
Biaya Bahan Baku | Rp. 2.800.000 |
|
Biaya Tenaga Kerja | Rp. 1800.000 |
Biaya Bahan Penolong | Rp. 600.000 |
|
Biaya Depresiasi Mesin Jahit |
| Rp. 380.000 |
Biaya listrik mesin jahit | Rp. 700.000 |
|
Biaya Reparasi & pemeliharaan mesin jahit | Rp. 450.000 |
|
Biaya Reparasi & pemeliharaan mesin jahit |
| Rp. 300.000 |
Biaya asuransi mesin jahit |
| Rp. 720.000 |
Biaya promosi dan iklan | Rp. 530.000 |
|
Biaya tenaga kerja tidak langsung | Rp. 700.000 |
|
Biaya tenaga kerja tidak langsung |
| Rp. 750.000 |
Biaya kesejahteraan karyawan pabrik |
| Rp. 700.000 |
|
|
|
|
|
Data lain yang berkaitan dengan produksi : Jam kerja langsung 14.000 jam dan unit produksi 48.000 unit.
Hitunglah
a. Berapakah BOP tetap dan Variabel yang dianggarkan dan sesungguhnya
b. Hitunglah tarif BOP bulan agustus 2010 yang dianggarkan berdasarkan :
· Jam mesin (Rp)
· Biaya bahan baku (%)
· Biaya tenaga kerja langsung (%)
· Jam kerja langsung (Rp)
· Unit produksi (Rp)
Jawab
a. BOP yang dianggarkan dan yang sesungguhnya.
| BOP di Anggarkan | BOP sesungguhnya |
BOP tetap | Rp. 2.250.000 | Rp. 2.850.000 |
BOP variable | Rp. 2.780.000 | Rp. 2.980.000 |
Total BOP | Rp. 5.030.000 | Rp. 5.830.000 |
b. Menghitung tarif BOP yang dianggarkan berdasarkan
· Tarif BOP di anggarkan
Tarif BOP tetap = = Rp. 150 / jam Tarif BOP variabel = = Rp. 185,33 / jam + Total tarif BOP = Rp. 335,33 / jam
· Tarif BOP berdasarkan biaya bahan baku
Tarif BOP tetap = x 100 % = 80,36 % Tarif BOP variabel = x 100 % = 99,29 % + Total tarif BOP = 179,65 %
· Tarif BOP berdasarkan biaya kerja langsung
Tarif BOP tetap = x 100 % = 125 % Tarif BOP variabel = x 100 % = 154,44 % + Total tarif BOP = 279,44 %
· Tarif BOP berdasarkan jam kerja langsung
Tarif BOP tetap = = Rp. 160,71 / jkl Tarif BOP variabel = = Rp. 198,57 / jkl + Total tarif BOP = Rp. 335,33 / jkl
· Tarif BOP berdasarkan unit produksi
Tarif BOP tetap = = Rp. 46,88 / Unit Tarif BOP variabel = = Rp. 57,92 / Unit + Total tarif BOP = Rp. 104,8 / Unit
2. Departementalisasi BOP
Adalah pembagian pabrik kedalam bagian-bagian yang disebut departemen dimana BOP dibebankan.
Langkah-langkahnya :
1. Menyusun BOP perdepartemen
2. Alokasi BOP departemen pembantu ke departemen produksi. Ada 2 metode :
- metode alokasi langsung
BOP departemen pembantu dialokasikan ketiap-tiap departemen produksi yang menikmatinya.
- metode alokasi bertahap
digunakan apabila jasa yang dihasilka n departemen pembantu tidak hanya dipakai oleh departemen produksi tetapi juga digunakan departemen pembantu yang lain.
· Metode alokasi kontinyu
Dalam metode ini, BOP dept pembantu yang saling memberikan jasa dialokasikan secara terus menerus, sehingga jumlah BOP yang belum dialokasikan menjadi tidak berarti.
· Metode aljabar
Dalam metode ini jumlah biaya tiap-tiap departemen pembantu dinyatakan dalam persamaan aljabar.
Contoh kasus departementalisasi BOP
PT Selalu Senang mengolah produksinya melalui 5 departemen produksi yaitu A, B, C, D dan E dan ditunjang dengan 3 departemen pembantu yaitu departemen R, S dan T
Adapun anggaran perusahaan untuk maret 2008 dengan kapasitas normal 10.000 per jam
Departemen Produksi A Rp. 12.000.000
Departemen Produksi B Rp. 16.000.000
Departemen Produksi C Rp. 14.000.000
Departemen Produksi D Rp. 12.000.000
Departemen Produksi E Rp . 8.000.000
Departemen Pembantu Rp. 10.000.000
Departemen Pembantu Rp. 16.000.000
Departemen Pembantu Rp. 18.000.000
Dasar alokasi adalah pemakaian jasa departemen pembantu untuk setiap departemen produksi yang dirinci sebagai berikut :
Jasa dari Departemen Pembantu | Departemen Produksi |
A | B | C | D | E |
Departemen Pembantu R | 20 % | 24 % | 22 % | 20 % | 14 % |
Departemen Pembantu S | 18 % | 20 % | 24 % | 26 % | 12 % |
Departemen Pembantu T | 20 % | 16 % | 18 % | 20 % | 26 % |
Dasar pembebanan untuk menghitung tarif BOP masing-masing Departemen Produksi adalah sebagai berikut :
Departemen Produksi | Kapasitas Normal |
A | 120.000 / Unit |
B | 160.000 / Unit |
C | 180.000 / Unit |
D | 160.000 / Unit |
E | 120.000 / Unit |
Hitunglah :
1. Buatlah tabel Alokasi budget BOP dari departemen pembantu ke departemen produksi menggunakan metode alokasi langsung.
2. Hitunglah tabel BOP untuk masing-masing departemen produksi, apabila pembebanan tariff BOP berdasarkan kapasitas normalnya.
Jawaban
I. Tabel alokasi budget BOP
Keterangan | Jumlah | Departemen Produksi | Departemen Pembantu |
A | B | C | D | E | R | S | T |
Budget BOP sblm alokasi | 62000 | 12000 | 16000 | 14000 | 12000 | 8000 | 10000 | 16000 | 1800 |
Alokasi Dep R | 10000 | 2000 | 2400 | 2200 | 2000 | 1400 | 10000 | - | - |
Alokasi Dep S | 16000 | 2800 | 3200 | 3840 | 4160 | 1920 | - | 16000 | - |
Alokasi Dep T | 18000 | 3600 | 2880 | 3240 | 3600 | 4680 | - | - | 1800 |
Jml Alokasi Dep Pembantu | 44000 | 8480 | 8480 | 9280 | 9760 | 8000 | 10000 | 16000 | 1800 |
Budget BOP stlh alokasi | 106000 | 20480 | 24480 | 23280 | 21760 | 16000 | 0 | 0 | 0 |
II. Perhitungan Tarif BOP
Departemen Produksi | Budget BOP setelah alokasi | Kapasitas Normal | Tarif |
A | Rp. 20.480.000 | 120.000 / Unit | Rp. 170,67 / unit |
B | Rp. 24.480.000 | 160.000 / Unit | Rp. 153 / unit |
C | Rp. 23. 280.000 | 180.000 / Unit | Rp. 129,33 / unit |
D | Rp. 21.760.000 | 160.000 / Unit | Rp. 136 / unit |
E | Rp. 21.760.000 | 120.000 / Unit | Rp. 133, 33 / unit |
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Biaya-biaya produksi yang tidak dapat dikategorikan ke dalam biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung atau yang wujud riilnya adalah biaya bahan baku tudak langsung dann biaya tenaga kerja tidak langsung serta biaya pabrik lainnya dikelompokan tersendiri yang disebut biaya overhead pabrik.
Departementalisasi biaya overhead pabrik bermanfaat untuk pengendalian biaya dan ketelitian penentuan harga pokok produk. Pengendalian biaya overhead pabrik dapat lebih mudah dilakukan dengan cara menghubungkan biaya dengan pusat terjadinya, sehingga dengan demikian akan memperjelas tanggung jawab setiap biaya yang terjadi dalam departemen tertentu. Dengan digunakannya tarif-tarif BOP yang berbeda-beda untuk tiap departemen, maka pesanan atau produk yang melewati suatu departemen produksi akan dibebani dengan BOP. Sesuai dengan departemen bersangkutan.