sarbaness oxley act merupakan gagasan undang-undang
yang dikemukakan oleh seorang senator (paul sarbaness) dan seorang
representative ( Michael oxley). Undang-undang tersebut telah ditandatangani oleh Presiden George W. Bush pada tanggal
30 Juli 2002. Undang-undang ini dikeluarkan
sebagai
wujud
respons dari Kongres Amerika Serikat terhadap
berbagai
skandal
pada beberapa korporasi
besar seperti: Enron,
WorldCom
(MCI),
AOL
TimeWarner, Aura Systems, Citigroup, Computer Associates
International, CMS Energy, Global Crossing, HealthSouth, Quest Communication, Safety-Kleen dan Xerox; yang menjadi skandal
tragis dalam dunia akuntansi. Dari yang disebutkan diatas memiliki dampak yang
yang tragis betapa fraud schemes sangat mengganggu bagi pasar, stakeholder dan
para pegawai.
Tujuan utama perundangan
ini adalah untuk memberikan jalan bagi para pelaku perusahaan atau pegawai yang
mengetahui terjadinya fraud atau kecurangan untuk melapor pada komite audit. Perusahaan dapat menggunakan jasa pelaporan hotlines seperti ACFE’s
EthicsLine. ACFE dapat
membantu menyusun hotlines pengaduan
yang akan menerima dan merahasiakan identitas dan bentuk pengaduan, dan memberikan informasi
kepada perusahaan agar dapat
mengambil tindakan yang tepat.
Sarbanes oxley act
mengisyaratkan bahwa sikap transparansi dan pengungkapan informasi perusahaan harus lebih banyak mengenai informasi keuangan, keterangan tentang hasil-hasil yang dicapai manajemen, kode etik bagi pejabat di bidang
keuangan, pembatasan kompensasi eksekutif, dan pembentukan komite audit yang independen.
Dengan program yang
lebih menitikberatkan pengaduan pihak internal, maka dalam konsep Sarbanes
oxley act, memberikan perlindungan yang lebih menyeluruh bagi pengadu. Dalam
hal ini merupakan pegawai yang mengadukan adanya kecurangan yang dilakukan
perusahaan tempat dia bekerja. Perlindungan pegawai tersebut dari berbagai
ancaman, pelecehan, demosi kerja, skorsing , pemecatan, atau yang lainnya yang
mengindikasikan adanya unsur balas dendam atas pelaporan tersebut. Sarbanes
oxley act telah mengatur hukum yang bersangkutan dengan pelanggaran ini. Balas
dendam akibat pelaporan kecurangan merupakan pelanggaran federal dan memiliki
ancaman 10 tahun hukuman pidana.
Adapun persyaratan
independensi bagi auditor antara lain menghindari aktivitas yang dilarang,
semua jasa audit yang diberikan harus melalui persetujuan komite audit,
menghindari konflik kepentingan, penelaahan
oleh Comptroller
General terhadap
dampak potensial dari rotasi yang telah diwajibkan dan
adanya rotasi partner yang menjalankan audit.
Dengan adanya pengalaman yang
terjadi, maka pemerintah amerika harus dengan segera mengambil tindakan
pendeteksian kecurangan. Maka diterbtkanlah Statement on Auiditing Standard (SAS) No. 99 –
Consideration of Fraud in a Financial
Statement Audit pada bulan Desember 2002 menggantikan SAS No. 82 dengan judul yang sama. SAS No. 99 ini merupakan Pernyataan Standar Audit signifikan yang pertama kali diterbitkan setelah
diundangkannya Sarbanes-Oxley Act. Secara garis besar komponen
dari SAS No. 99 adalah:
§ Deskripsi dan karakteristik-karakteristik dari fraud.
§ Kecurigaan secara profesional (professional scepticism).
§ Diskusi di antara tim audit yang ditugaskan.
§ Mendapatkan informasi dan bukti audit.
§ Mengidentifikasi risiko-risiko.
§ Penilaian risiko-risiko yang telah diidentifikasikan.
§ Tanggapan terhadap penilaian
risiko.
§ Mengevaluasi bukti dan informasi audit.
§ Mengkomunikasikan fraud yang
mungkin terjadi.
§ Mendokumentasikan hal-hal yang berkaitan dengan fraud.
Apabila pemerintah mau belajar dari pengalaman amerika, penerapan
Sarbanes oxley act perlu di pertimbangkan mengingat keterpurukan perekonomian
Indonesia diakibatkan buruknya good corporate governance. Sudah banyak
perusahaan yang menjelma menjadi perusahaan go public. Seiring dengan
perkembangan seperti itu, alangkah baiknya seperti DPR, BPK dan Ikatan
Akuntansi Indonesia, membuat perundang-undangan seperti Sarbanes oxley act.